Wiro Sableng Dendam Orang-Orang Sakti
Bastian Tito
* Affiliatelinks/Werbelinks
Links auf reinlesen.de sind sogenannte Affiliate-Links. Wenn du auf so einen Affiliate-Link klickst und über diesen Link einkaufst, bekommt reinlesen.de von dem betreffenden Online-Shop oder Anbieter eine Provision. Für dich verändert sich der Preis nicht.
Belletristik / Fantasy
Beschreibung
Buku Ke-3 Dari Kisah Petualangan Wiro Sableng Sang Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Luka besar di bekas kutungan tangan kanannya itu membuat tenaganya semakin lama semakin mengendur. Kalau tadi dengan segala tenaga yang ada macam manusia dikejar setan dia melarikan diri dari pekuburan Djatiwalu itu, maka kini jangankan lari, berjalan melangkahpun dia sudah tidak sanggup. Tubuhnya terhuyung-huyung. Nafasnya megap-megap seperti mau sekarat!
Saat itu dia berada di tepi sebuah jurang. Dalam larinya tadi dia tak memperhatikan lagi ke mana tujuannya sehingga di mana dia berada saat itu adalah satu tempat yang jarang didatangi manusia. Sunyi senyap mencengkam menegakkan bulu roma. Matanya yang berkunang-kunang, pemandangannya yang semakin mengelam dan daya tenaga yang sudah habis sampai ke batasnya membuat tubuhnya tak ampun lagi jatuh terperosok ke dalam jurang ketika salah satu kakinya terserandung di bebatuan yang menonjol di tepi jurang.
Masih untung jurang itu bukanlah jurang batu, tapi jurang yang penuh ditumbuhi semak belukar. Tubuhnya menggelinding ke bawah membentur semak belukar mengait ranting-ranting pepohonan rendah. Sakit tubuhnya bukan main, apalagi bekas luka kutungan di tangan kanannya. Ketika dia terhampar di dasar jurang, dia tiada sadarkan diri lagi!
Bila dia sadarkan diri maka saat itu matahari sudah hamper tenggelam. Keadaan di dasar jurang sunyi itu gelap dan dingin karena pantulan sinar matahari yang terakhir tidak sampai menyaputi dasar jurang di mana dia berada. Dia berpikir-pikir di mana dia terbujur saat itu. Kemudian denyutan rasa sakit yang amat sangat pada bahu kanannya yang bunting dan masih melelehkan darah itu, membuat dia ingat segala sesuatunya apa yang telah terjadi.
Dia Kalingundil beberapa jam yang lalu telah bertempur melawan seorang pemuda sakti bernama Wiro Sableng. Dalam pertempuran itu bukan saja dia terpaksa melarikan diri tapi juga terpaksa kehilangan tangan kanannya karena telah dibetot puntung oleh lawannya!
Dan mengingat ini, diantara rasa sakit yang tiada terkirakan, memerih pula rasa dendam kesumat yang amat sangat. Walau bagaimanapun dia musti dapat meneruskan hidupnya, meski cuma bertangan sebelah. Meski bagaimanapun dia harus dapat membalaskan dendam kesumat akibat perbuatan pemuda Wiro Sableng yang telah membuat dia cacat seumur hidup itu.